Kamis 15 Mar 2018 13:49 WIB

Facebook Tutup Laman Kelompok Anti-Muslim Inggris

Britain First mengunggah pesan yang berisi hasutan kebencian terhadap Muslim.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Muslimah Inggris
Foto: thehuffingtonpost
Muslimah Inggris

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Facebook telah menutup sejumlah laman yang terkait dengan Britain First dan para pemimpinnya. Britain First adalah sebuah kelompok sayap-kanan yang baru-baru ini menyebarkan atau mengunggah pesan yang berisi hasutan kebencian terhadap minoritas Muslim.

Raksasa media sosial tersebut mengatakan pada Rabu (14/3), dalam beberapa kesempatan telah memperingatkan kelompok sayap-kanan yang memiliki sekitar 2juta pengikut di Facebook mereka telah melanggar persyaratan pedoman standar komunitas tentang ujaran kebencian.

Dalam pernyataannya, Facebook mengatakan, mereka tidak begitu saja melakukan langkah pemblokiran tersebut. Namun, Britain First berulang kali mengunggah konten yang dirancang memicu permusuhan dan kebencian terhadap kelompok minoritas.

"Orang-orang datang ke Facebook untuk mengekspresikan diri mereka secara bebas. Orang dapat mengekspresikan pendapat yang kuat dan kontroversial tanpa perlu merendahkan orang lain berdasarkan siapa mereka," demikian pernyataan Facebook, seperti dilansir di Aljazirah, Kamis (15/3).

Keputusan tersebut diambil Facebook setelah kedua pemimpin kelompok tersebut, Paul Golding dan wakil pemimpinnya Jayda Fransen, ditahan pihak berwenang. Keduanya dinyatakan bersalah oleh Pengadilan Inggris pada awal Maret ini karena kasus pelecehan secara agama.

Facebook mengatakan, laman Britain First dan para pemimpinnya telah berulang kali melanggar standar di Facebook dengan mengunggah tulisan yang membanggakan Islamofobia, menghasut dengan komentar anti-Muslim yang penuh kebencian, dan membandingkan imigran Muslim dengan hewan.

Sebelumnya, Desember 2017, Twitter juga menutup akun Britain First. Britain First merupakan sebuah kelompok nasionalis Kristen yang diperkirakan memiliki sekitar seribu anggota. Mereka telah menggunakan taktik penghasutan seperti mengganggu Muslim di jalan dan memasuki masjid untuk menyebarkan keyakinan bahwa Islam menghancurkan Inggris.

Pada November lalu, kelompok ini mendapat dorongan tak terduga dari Presiden Amerika Serika Donald Trump. Trump membantu mempromosikan pesannya dengan berbagi dengan puluhan juta pengikutnya di Twitter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement