Rabu 14 Mar 2018 18:59 WIB

Presiden Sri Lanka Bertemu Pemimpin Buddha dan Muslim

Muslim Sri Lanka siap membangun perdamaian berkelanjutan.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena
Foto: www.maithripala.com
Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena bertemu dengan pemimpin Buddha dan Muslim. Dalam kunjungan kenegaraan ke Jepang, Sirisena bertemu dengan Ketua Kuil Buddhis Sri Lanka di Tokyo pada Selasa (13/3) waktu setempat.

Dilansir di Eurasia Review, Rabu (14/3), selama pertemuan tersebut Sirisena menyampaikan rasa terima kasihnya terhadap para biksu Buddhis atas pelayanan mereka yang luar biasa dalam mempromosikan ajaran Buddha. Ia juga mengungkapkan kesenangannya dalam pertemuan dengan mereka.

Sirisena lantas menekankan pentingnya membangun generasi muda Sri Lanka sebagai sebuah generasi yang kaya dengan nilai-nilai moral dan displin pribadi. Di samping, memberi para generasi muda itu sebuah pemahaman yang lebih baik menyangkut nilai-nilai budaya mereka. Sirisena juga mengatakan tanggung jawab besar tersebut terletak pada para pemimpin agama.

Selanjutnya, kelompok perwakilan termasuk para pemimpin agama dari kalangan Muslim juga bertemu dengan Sirisena di Hotel Imperial, Tokyo. Selama pertemuan itu, mereka menyatakan apa pun tuduhan yang ditujukan terhadap presiden oleh siapa pun, komitmennya membangun perdamaian berkelanjutan di Sri Lanka adalah hal yang patut dihormati. Mereka juga menegaskan umat Muslim siap menyediakan setiap kemungkinan bantuan.

Sirisena kemudian mengungkapkan pandangannya terkait insiden baru-baru ini yang terjadi di distrik Kandy. Ia mengatakan benar-benar menaruh perhatian atas insiden penyerangan yang dilakukan segelintir orang dari kaum Buddha Sinhala terhadap komunitas Muslim di sana. Dikatakannya, segelintir orang tersebut telah menciptakan insiden di dalam lingkungan di mana langkah telah diambil untuk membangun perdamaian dan persaudaraan di antara semua komunitas.

Para kelompok perwakilan ini juga mengungkapkan pandangan mereka. Mereka mengatakan masyarakat Sri Lanka, terlepas dari perbedaan etnik dan agama, telah memilih Sirisena sebagai kepala negara pada 8 Januari 2015. Mereka mengatakan Sirisena ditunjuk untuk membangun perdamaian dan rekonsiliasi di negara kepulauan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement