Jumat 09 Mar 2018 16:32 WIB

Rencana Bangun Mushala di dekat Kuil di Jepang Dibatalkan

Pembatalan itu dilakukan setelah ada keluhan dari masyarakat.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agus Yulianto
Pendeta di salah satu kuil di Jepang (Ilustrasi)
Foto: Toru Hanai/Reuters
Pendeta di salah satu kuil di Jepang (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PREFEKTUR MIE -- Rencana untuk mendirikan sebuah ruang ibadah bagi umat Muslim dekat kuil Ise Jingu di Prefektur Mie di Pulau Honshu, Jepang, tahun depan, telah dibatalkan. Pejabat kota mengatakan, pembatalan itu dilakukan setelah ada keluhan dari masyarakat.

Bagian dari pusat informasi pariwisata publik, sekitar 800 meter dari kuil kebatinan Naiku, akan direnovasi untuk membuat sebuah ruang serbaguna. Ruang tersebut akan berisi petunjuk arah shalat dan westafel untuk berwudlu sebelum shalat.

Ise Jingu dianggap sebagai salah satu situs paling suci di Shintoisme. Pada Februari lalu, pemerintah kota telah mengumumkan rencana untuk melayani peningkatan jumlah wisatawan Muslim yang mengunjungi kota tersebut. Fasilitas tersebut akan terbuka untuk semua kalangan, termasuk non-Muslim. Karena fasilitas itu rencananya akan menyediakan tempat pemberian makan bayi atau ruang untuk beristirahat, saat tidak digunakan untuk shalat.

Namun demikian, saat berita tersebut dilaporkan, pemerintah justru mendapat tanggapan negatif. Beberapa pihak mengutip prinsip pemisahan negara dan agama terkait rencana tersebut. Sementara yang lainnya merasa tidak nyaman dan mempertanyakan mengapa rencana masjid itu harus dibangun dekat Ise Jingu.

Selain itu, disebutkan jika lokasi tersebut mungkin tidak menjadi tempat yang paling nyaman bagi wisatawan asing. Pemerintah kota telah menerima tanggapan dari sekitar 100 orang melalui e-mail dan telepon. Badan-badan kuil serta organisasi pariwisata juga menerima komentar.

Seorang pejabat pemerintah senior di kota tersebut menggambarkan tanggapan itu sebagai hal yang tidak terduga. "Kami memutuskan itu akan menimbulkan masalah bagi organisasi lain jika kita melaksanakan rencana tersebut," kata seorang pejabat kota, dilansir di The Asahi Shimbun, Jumat (9/3).

Selanjutnya, pemerintah Kota akan melanjutkan rencana dengan mendirikan ruang serbaguna, namun tanpa peralatan untuk beribadah shalat. Pemerintah juga mengeksplorasi kemungkinan mendirikan ruang ibadah pada fasilitas yang dikelola secara pribadi.

Isu tersebut diangkat pada pertemuan dewan majelis kota pada 8 Maret. Seorang anggota majelis mempertanyakan rencananya dan berkata bahwa ia tidak berpikir jika ruang shalat untuk Muslim akan sesuai ditempatkan di pintu masuk kuil batin Naiku. Seorang pejabat senior pemerintah kota mengatakan, bahwa mereka akan mempertimbangkan kembali rencana tersebut dari awal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement