Senin 19 Feb 2018 13:40 WIB

Aneksasi Krimea, Warisan Tatar Krimea, dan Rencana Rusia

Ukraina cemaskan adanya rencana Rusia terkait peninggalan Tatar Krimea

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Agung Sasongko
Etnis Tatar di Krimea
Foto: VOA
Etnis Tatar di Krimea

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Masjid itu tampak seperti pasien yang diperban. Bangunan kapur berusia 500 tahun itu terbungkus perancah kayu dan potongan kain panjang yang menyembunyikan ornamen geometris dan kaligrafi Alquran.

Pada bulan Januari, hampir empat tahun setelah aneksasi (penggabungan) Krimea kedua di Moskow, penguasa pro-Rusia mulai merombak bagian tertua dan tersuci dari kompleks, yaitu Masjid Big Khan yang dibangun pada tahun 1532. Mereka juga mengumumkan rencana untuk mengembalikan seluruh istana, dilansir di Aljazirah, Ahad (18/2).

photo
Masjid Big Khan di Krimea, Ukraina.

Kerusakan dan 'perombakan' istana tersebut mencontohkan hubungan yang tidak baik antara Rusia dengan Tatar Krimea. Kelompok etnis berbahasa Turki tersebut pernah menguasai cabang paling besar Jalan Sutera Besar dan berperang dengan Rusia selama berabad-abad. Tatar Krimea menganggap istana sebagai simbol paling penting dari keadaan negara mereka yang hilang.

Tentara Rusia membakar istana dan perpustakaannya yang raksasa. Tsar kebarat-baratan mengubah interior istana yang dibangun kembali agar terlihat lebih Eropa. Mereka menghapus fresko yang rumit, menghancurkan banyak bangunan dan secara dramatis mengurangi areal istana.

Perombakan tersebut merupakan bagian dari kampanye pemerintah Rusia yang lebih luas mengenai tekanan terhadap komunitas Tatar Krimea yang mencakup penculikan, penangkapan, pencarian dan hukuman penjara hingga 15 tahun karena tuduhan 'terorisme' dan keanggotaan dalam kelompok agama 'radikal'.

"Asimilasi, penghapusan kenangan bersejarah adalah balas dendam atas ketidaksetiaan politik, karena enggan untuk mematuhi," ujar Gulnara Bekirova, seorang sejarawan dan pembawa acara televisi di ATR, sebuah jaringan televisi berbahasa Tatar yang mengkritik tindakan Moskow di Krimea.

photo
Tatar Krimea

Tak lama setelah aneksasi tersebut, Moskow melarang ATR dan beberapa media lainnya. Ini membuat TK bahasa Tatar menjadi berbahasa bilingual dan kelas Tatar dikurangi di sekolah umum menjadi dua jam sukarela dalam seminggu.

"Pelajaran semacam itu menjadi urutan nomor tujuh atau delapan pada jadwal, dalam kondisi seperti itu, seseorang bisa tidak hadir," ujar aktivis politik Seitumer Seitumerov. Dia melarikan diri dari Krimea ke daratan Ukraina setelah pemilik restoran yang dia kelola ditangkap dan didakwa dengan ekstremisme.

Moskow memperkenalkan buku teks sejarah yang menggambarkan bagaimana Tatar Krimea menjarah Rusia, memperbudak dan menjual puluhan ribu tawanan, dan dengan patuh melayani sultan Ottoman - musuh utama tsar.

photo
Khanate Crimea, Dinasti Islam Terkuat di Eropa Timur

Sementara itu, media yang dikendalikan pemerintah Rusia membangkitkan sentimen anti-Tatar. Beberapa etnis Rusia menuduh kaum Tatar merencanakan untuk membantai penduduk pro-Moskow yang sebagian besar memilih agar Krimea kembali ke Rusia selama referendum Maret 2014.

"Jika bukan karena referendum, orang-orang Tatar dan (Ukraina) akan memotong leher kita," ujar Alexander Topchilin, seorang manajer toko di Simferopol, kota utama Krimea.

(Baca: Nasib Warisan Tatar Krimea di Tangan Rusia)

Kampanye Anti-Tatar berjalan beriringan dengan tekanan pada semua hal Ukraina. Meskipun Rusia menyatakan Ukraina salah satu dari tiga bahasa resmi di Krimea bersama dengan Krimea Tatar dan Rusia, kelas Ukraina dikurangi, dan aktivis menampilkan simbol Ukraina atau memposting komentar pro-Ukraina pelecehan wajah online, pemukulan dan penjara, kata kelompok hak asasi manusia.

Meskipun Rusia menyatakan Ukraina salah satu dari tiga bahasa resmi di Krimea bersama dengan Krimea Tatar dan Rusia, kelas Ukraina dikurangi, dan aktivis menampilkan simbol Ukraina atau memposting komentar pro-Ukraina menghadapi pelecehan di online, pemukulan dan penjara, kata kelompok hak asasi manusia.

Kementerian Kebudayaan Ukraina meratapi kebijakan totaliter dan agresif Rusia yang bertujuan untuk menghancurkan identitas etnik dan identifikasi diri Tatar Krimea dan etnis Ukraina.

Dikatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kebijakan tersebut merupakan bagian dari genosida etnik Soviet yang dilakukan untuk mengkolonisasi semenanjung Krimea sepenuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement