Rabu 31 Jan 2018 04:14 WIB

Seperti Apa Kehidupan di Desa Makhunik?

Infrastruktur dasar di Makhunik mendapat perhatian pemerintah.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Makhunik, situs bersejarah di Iran.
Foto: http://iransegodnya.ru
Makhunik, situs bersejarah di Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehidupan di desa Makhunik sendiri tak mudah. Pertanian ala kadarnya yang tersisa pun harus kalah oleh kekeringan dan memaksa generasi muda untuk mencari tempat yang lebih baik. Saat ini, anak-anak muda Makhunik memilih bekerja di kota-kota terdekat agar bisa membawa pulang uang dan makanan.

Sementara kaum wanita membuat kain tenun. Semua harus bekerja, kecuali para lanjut usia yang mengandalkan subsidi pemerintah. Di tengah kondisi sulit ini, warga desa berharap keunikan kampung mereka bisa menggoda wisa tawan untuk datang. Hal yang bisa menggerakkan ekonomi desa dan menciptakan lapangan kerja.

Faktanya, kampung peninggalan era Neolitik yang pernah dihuni manusia-manusia 'liliput' ini memang sekarang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Rasa penasaran membuat jumlah wisatawan terus bertambah. Penginapanpenginapan sederhana di sana pun terus bertambah.

Meski masih serba sulit, kondisi warga Makhunik kini lebih baik dari sebelumnya. Bagi lelaki yang tak bekerja di luar desa, mereka biasanya menggembalakan ternak dan mengurus pertanian. Sementara mereka yang bekerja ke luar desa biasanya bekerja di penambangan batu, industri rumahan pembuatan karpet, atau kerajinan tangan lain.

Produk pertanian utama Makhunik adalah gandum, bawang putih, barley, lobak, bit, wortel, tomat, bawang, dan safron. Sementara untuk buah-buahan, warga menanam jujube, mulberi, tin, delima, apel, anggur, dan almon di dekat area berair. Jangan berharap menemui tumbuhan hias di Makhunik yang panas.

Terus meningkatnya perhatian pemerintah membuat infrastruktur dasar di Makhunik terus membaik. Jalan desa sudah dikuatkan memakai aspal, air bersih juga sudah bisa diakses, listrik, pusat layanan kesehatan, sekolah, pemandian umum, warung-warung, dan bengkel reparasi kendaraan sudah ada di sana.

Aliran listrik membuat warga kini bisa menikmati siaran televisi. Meskipun, generasi tua lebih suka menikmati masa lalu semisal masih menggunakan lampu templok berbahan bakar minyak tanah. Generasi tua juga yakin, siaran televisi berasal dari setan.

Agama warga Makhunik adalah Islam Suni yang mengikuti mahzab Imam Hanafi. Dalam keseharian, warga di sana berbicara bahasa Persia. Pernikahan, tasyakuran pinangan, Ramadhan, perayaan Idul Fitri, dan Idul Adha jadi momen bersama warga.

Biasanya pada acara-acara itu warga membuat makanan tradisional. Siang hari, anak-anak desa menempuh pendidikan formal di sekolah tunggal di desa itu. Malamnya, mereka belajar agama dari sebuah masjid di sana.

(Baca: Makhunik, Desa Menakjubkan di Iran)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement