Selasa 01 Sep 2015 05:55 WIB

Memaknai Haji Mabrur (1)

Haji
Foto: AP/Hassan Ammar
Haji

Oleh: Komaruddin Hidayat

Bisakah kita menimbang atau menilai haji mabrur? Marilah kita lihat Surat Al-Baqarah ayat 177 yang menjelaskan apakah al-birr itu, yang merupakan kata dasar dari mabrur. Terjemahan bebasnya kira-kira begini: Bahwa al-birr itu bukannya diperoleh hanya karena engkau rajin menghadap atau datang ke Ka'bah, melainkan mereka yang teguh imannya kepada Allah, percaya terhadap adanya hari akhir, malaikat, kitab suci, dan para Nabi utusan Allah.

Selanjutnya, mereka senang berbagi harta kesayangannya untuk keluarga dan tetangga terdekat, anak yatim, orang-orang miskin, dan orang yang tengah kesulitan dalam sebuah perjalanan dijalan kebenaran, serta mereka yang datang kepadamu meminta pertolongan. Kemudian, mereka itu juga setia menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, selalu menepati janji, dan sabar dalam menghadapi berbagai kesulitan dan cobaan hidup. Mereka itulah orang yang benar, yang memperoleh kebajikan (mabrur), dan mereka tergolong orang-orang yang takwa.

Dalam ayat di atas, orang memperoleh al-birr atau mereka yang tergolong mabrur adalah yang senantiasa sabar, ulet, gigih menghadapi berbagai cabaan hidup. Jadi, kalau rakyat dan pejabat Indonesia sudah berjanji, bahkan termasuk rombongan terbesar setiap tahunnya datang ke tanah suci (belum lagi rombongan umrah), maka buka saja ayat 177 surat Al-Baqarah untuk mengukur kemabruran mereka. Kemabruran itu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari pasca ibadah haji. Jadi kemabruran itu buah yang akan tumbuh dan dilihat setelah haji.

    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement